Sebuah fanfiksi. Di-publish di fanfiction.net pada 16 Januari 2011. Dihadiahkan untuk pijar-religia.
Judul: SHERRY
Fandom: Detective Conan/Case ClosedKarakter: Miyano Shiho/Haibara Ai
Ringkasan: “Apa kau tahu—artinya SHERRY?” Air mata Shiho meleleh. Karena Shiho adalah SHERRY.
.
#
.
SHERRY
[karena Shiho adalah SHERRY]
oleh: Faria
.
#
.
Shiho tidak ingat sejak kapan kode nama menjadi bagian dari identitasnya. Shiho hanya tahu orangtuanya yang meninggal. Shiho hanya tahu kakak perempuannya yang cemas. Shiho hanya tahu sisa-sisa penelitian yang diwariskan padanya.
Shiho tidak tahu cinta.
Shiho hanya tahu SHERRY.
Sepanjang kesadaran dan ingatannya, Shiho hanya berkutat dengan sains, dan kenangan-kenangan menyakitkan. Shiho tidak berhenti meneliti, hanya karena itulah yang tersisa jika tak ingin berkubang dengan yang satu lagi. Shiho mempertanyakan kematian, tapi tanpa suara.
Tikus-tikus laboratorium itu mati satu per satu.
Shiho membenci tikus laboratorium. Karena, setelah apapun yang diujicobakan pada mereka, Shiho terpaksa harus mengeluarkan kata yang dijauhinya seumur hidup.
Kenapa?
Ketika tikus-tikus mengecil, yang Shiho ingat adalah kematian kakak perempuannya.
Untuk delapan belas tahun membunuh karakter, Shiho merasa tercabik. Pertanyaan tanpa jawaban. Hipotesa tanpa fakta. Kenangan yang terkunci entah sejak kapan berputar-putar. Begitu saja, segala luka yang ditahan Shiho mengeluarkan darah. Deras, tidak bisa berhenti.
Shiho ingin mati.
Tuhan.
Shiho bahkan mengabaikan kata itu sejak lahir. Shiho tidak percaya Tuhan. Shiho sudah dikhianati. Shiho tidak lagi peduli. Shiho dibuang, dan Shiho tidak peduli.
Shiho tidak dicintai.
.
#
.
Ketika tersadar di tempat yang berbeda, Shiho nyaris melupakan segalanya.
Shiho hanya ingat SHERRY.
Sebelum Shiho bisa memutuskan apapun, hidupnya sudah berubah. Shiho merasa cemas. Shiho selalu merasa dikejar-kejar. Shiho takut. Shiho melarikan diri.
Shiho ingin mati. Sungguh.
Lalu kenapa tangan-tangan kecil itu menarik Shiho menuju cahaya? Karena Shiho dikenalkan pada cahaya dan kehangatan, Shiho merasa memiliki harapan. Shiho tersenyum. Untuk pertama kalinya, Shiho hampir menutup segala lukanya.
Shiho ingin melupakan SHERRY.
Tidak ada tikus-tikus laboratorium yang mati. Tidak ada udara dingin dan bau alkohol yang membuat sesak. Hanya ada bau darah. Hanya ada bau kematian. Tapi hanya cahaya dan kebenaran yang mengelilinginya.
Suatu saat Shiho bercermin, dan menemukan refleksi dirinya dalam balutan hitam. Hitam. Darah. Shiho berbeda. Shiho tidak bisa.
Shiho terombang-ambing.
Setelahnya hanya ada ketidakpastian. Kemana pun Shiho melangkah, yang tersisa hanya kepura-puraan. Senyum Shiho palsu. Seringai Shiho palsu. Air mata Shiho palsu.
Shiho merasa kosong.
Shiho merindukan SHERRY.
Mungkin Shiho sudah kehilangan kewarasannya. Mungkin berada di tengah cahaya adalah ide buruk. Shiho ingat bahwa yang diinginkannya adalah mati. Shiho ingat bahwa semua ini adalah ide Tuhan.
Itu dia.
Untuk kakak perempuan yang hanya bisa Shiho dengar suaranya melalui mesin penjawab panggilan. Untuk orangtua yang hanya bisa Shiho genggam dalam kertas kumal yang terlupakan. Untuk obat tidak masuk akal yang memenjara Shiho dalam tubuh kanak-kanak.
Untuk cinta yang tidak dikenalnya.
Tuhan pasti membenci Shiho.
.
#
.
“Jangan bodoh—”
Shiho mendengarnya.
“—kau hanya melarikan diri dari segalanya.”
Shiho ingin membantah.
“Kenapa—“
Tahu apa dia? Tahu apa tentang Shiho?
“—kau tidak berhenti dan belajar menerima?”
Apa?
Shiho terdiam.
Ketika mengamati wajah yang berbagi derita dengannya, Shiho tersentak. Shiho penyebabnya. Shiho yang menciptakan deritanya. Lalu Shiho yang selalu diselamatkan olehnya.
Shiho berhenti.
Shiho menginginkan SHERRY.
Untuk dia yang tanpa dosa. Untuk dia yang tidak pantas dengan selain cahaya. Untuk dia yang memberi senyum. Untuk dia yang menolong. Untuk dia yang melindungi.
Untuk dia yang terpisah dari yang dicintainya karena Shiho.
Shiho tersenyum getir.
Kalau Tuhan menantangnya, Shiho akan melawan. Kalau Tuhan merencanakannya, Shiho akan melawan. Shiho akan melawan. Shiho ingin melawan.
Untuk dia—
.
#
.
#
.
Shiho tidak meminta kebenaran.
Shiho tidak meminta kebahagiaan. Shiho hanya ingin segalanya kembali pada yang seharusnya memiliki. Shiho tidak menginginkan semua untuk dirinya sendiri.
“Kau tahu—“
Shiho tahu.
“—dua hal yang ditinggalkan orangtuamu?”
Shiho hanya tidak menyadari segalanya adalah kepingan puzzle.
“Itu adalah—“
Apakah penyelesaian selalu harus membuka semua rahasia? Shiho menang. Shiho tahu. Jika pun semua informasi adalah hadiah kemenangan, sejujurnya Shiho tidak ingin mendapatkannya.
“—APTX 4896 dan—“
Shiho seharusnya senang? Apa Tuhan mempermainkan perasaannya?
“—SHERRY.”
Sesungguhnya, Shiho tahu.
.
#
.
#
.
Shiho menggenggam SHERRY.
Tikus-tikus laboratorium lagi. Shiho pernah membenci mereka. Lalu sekarang? Shiho hanya mengamati mereka. Tidak ada yang mati.
Tuhan tidak benar-benar membahagiakan Shiho.
Itulah yang membuat Shiho sedikit bersyukur. Karena Shiho pernah memiliki resolusi. Karena segala yang Shiho lakukan hingga akhir semua ini adalah untuk dia.
Untuk dia—
Tikus-tikus membesar kembali.
Ketika Shiho menyodorkan kapsul yang dinanti-nanti, sesuatu di dalam perutnya bergolak. Shiho merasa sakit. Mungkin hanya Shiho yang hitam. Hanya Shiho yang kotor dan penuh dosa.
Hanya Shiho dengan keegoisan di hatinya.
Untuk senyum penuh dusta yang melengkung di wajahnya, Shiho mengutuk sesuatu bernama cinta. Shiho tidak mengenalnya. Shiho hanya mengenal emosi dan kemarahan setelah orang-orang tersayang tiada. Shiho tidak mengenal cinta seperti itu.
Shiho tidak tahu kenapa otaknya memutar rekaman sosok dia. Shiho tidak tahu kenapa setiap untai kata penyokong dari dia bergema di kepala. Shiho tidak tahu kenapa.
Shiho tidak ingin berpisah dengan dia.
.
#
.
Kapsul meluncur di tenggorokan. Shiho merasa tubuhnya panas. Shiho merasa pandangannya kabur. Pintu kayu yang membatasi dengan dia di belakang sana tidak membuat Shiho tuli. Sengal nafas yang sama.
Air mata datang begitu saja. Seolah itu adalah saat kematian Shiho.
Shiho tidak tahu. Shiho tidak bisa menguatkan dirinya. Shiho hanya ingin menangis. Karena setelah segalanya, Shiho tetap sendiri.
Shiho akan seorang diri.
“Kau menangis?”
Shiho tidak ingin menjawab. Shiho perlu berdamai dengan dirinya sendiri terlebih dahulu. Shiho perlu—sesuatu.
“Bodoh.”
Shiho mendengarnya.
“Kau tidak akan sendiri.”
Kenapa? Tuhan—kenapa?
Shiho merasakan sesuatu bergolak. Sesuatu meluap. Shiho tidak ingin berharap. Jangan beri Shiho harapan. Karena Shiho tahu untuk apa dia kembali.
“Aku tidak tahu—“
Jangan.
Shiho hanya perlu waktu untuk membuang perasaan itu. Jadi—jangan lukai dulu.
“—tapi setelah semua ini—“
Sengal nafas.
“—hanya satu nama yang melintas di pikiranku.”
Shiho tahu.
Shiho selalu tahu. Karena semuanya untuk dia—
“Sherry.”
Shiho tersentak.
Apa Tuhan baru saja membuatnya tuli? Atau Tuhan baru memberinya delusi? Tuhan… apa yang membuncah di hati Shiho ini?
Shiho tidak tahu.
“Hei, apa kau tahu—“
Shiho menahan air matanya.
“—artinya SHERRY?”
Shiho mencengkram lengan kecilnya yang tanpa busana. Panas. Nyeri. Tapi ternyata Shiho belum tuli. Shiho bahkan bisa mendengar dia tersenyum.
“Itu adalah bukti—“
Tuhan.
Shiho menggenggam tangannya di dada.
“—bahwa kau dicintai.”
Tangis Shiho pecah.
.
#
.
Shiho tidak ingat sejak kapan kode nama menjadi bagian dari identitasnya. Shiho hanya tahu orangtuanya yang meninggal. Shiho hanya tahu kakak perempuannya yang cemas. Shiho hanya tahu sisa-sisa penelitian yang diwariskan padanya.
#
.
Shiho tidak ingat sejak kapan kode nama menjadi bagian dari identitasnya. Shiho hanya tahu orangtuanya yang meninggal. Shiho hanya tahu kakak perempuannya yang cemas. Shiho hanya tahu sisa-sisa penelitian yang diwariskan padanya.
Shiho tidak tahu cinta.
Shiho hanya tahu SHERRY.
Tapi itu dusta.
Itu bagian dari permainan Tuhan.
Shiho juga tahu foto-foto. Shiho juga tahu rekaman-rekaman. Shiho juga tahu sebuah surat.
Shiho tahu. Sebuah surat untuk dirinya yang berumur dua puluh. Ditulis dengan singkat dan lembut.
[Joyeux anniversaire, SHERRY]*
Shiho mencengkram pakaiannya.
Kenapa Shiho tidak menyadarinya lebih awal hingga Shiho perlu mengutuk Tuhan terlebih dahulu? Kenapa Shiho tidak melihatnya lebih awal hingga Shiho perlu membunuh diri terlebih dahulu?
Padahal botol-botol sherry yang terpajang di kamarnya dihiasi label berbahasa Perancis.
“Itu adalah bukti—“
Shiho bergetar.
“—bahwa kau dicintai.”
Air mata Shiho meleleh.
[Sherry]
Karena Shiho adalah SHERRY.
[Chérie]
[yang dicintai]
.
#
.
.end.
.
Keterangan:
*) Happy Birthday, SHERRY—dalam bahasa Perancis.
.
Dipersembahkan untuk pijar-religia. Karena ia tidak boleh melupakan cinta. Karena ia tidak boleh melupakan cita-cita. Karena ia tidak boleh melupakan mimpi. Karena ia adalah SHERRY.
Joyeux anniversaire, Pijar :)