Kebetulan punya waktu luang terlalu banyak belakangan ini, dan memutuskan untuk mulai update blog. Rencananya sih, begitu. Realitanya, saya butuh 2-3 hari sampai benar-benar menulis lagi. Hari pertama, sibuk merapihkan layout blog; niatnya mau semacam make over tampilan blog. Hari kedua, sibuk membongkar arsip foto dan malah mendesain tipografi untuk menemani postingan baru. Hari ketiga, akhirnya mulai menulis; itu pun pakai acara berpikir apakah mau mengganti style blogging di blog ini.
Sempat kepikiran apakah mau mengisi blog dengan English, atau stay dengan style sekarang. Pertimbangannya, siapa tahu ada teman berbahasa asing yang mau baca tulisan saya (entah sungguhan ada atau tidak, sih). Tapi saya suka Bahasa Indonesia, dan menulis dalam bahasa yang saya suka lebih membuat saya nyaman menulis apa saja. Well, jadi tetap dengan style yang sekarang. Mungkin sewaktu-waktu tergantung mood akan menulis dalam English.
Bukan seperti saya mau punya profesi sampingan jadi emak-emak blogger, tapi saya bertekad mau mulai rutin menulis. Tentu saja, kebanyakan mungkin akan sekadar self talk atau cerita daily life dan sesekali tulisan opini atau tulisan berbau hobi.
Semoga bisa dilaksanakan dengan konsisten :)
Oke, kembali ke topik utama. Jadi, kurang lebih 1,5 tahun berlalu tanpa update blog. I have been (half) busy, and (half) overwhelmed by my own roller-coaster-like-life-update. So many things happened in such a short timeline:
I got married
Iya, saya menikah pada Juli 2015 lalu.
Kok bisa? One day saya akan buat post tersendiri untuk menjawab itu. Singkat cerita, saya menikah dengan si Mas yang saya kenal enam bulan sebelumnya, dan sekarang bisa menulis happy wife di deskripsi about me.
Kalau boleh jujur, tidak pernah terpikir sebelumnya saya akan menikah muda (well, 24 tahun masih tergolong muda, kan?). Tadinya saya pikir, saya akan berakhir jadi wanita karir yang menomor sekiankan pernikahan. Yah, rencana Alloh memang tidak ada yang tahu. Sadar-sadar saya sudah diculik ke negeri orang :)
Hello, Japan!
Iya, saya menikah, dan saya tinggal di Jepang sekarang.
Dua hari setelah menikah, saya langsung terbang ke Jepang karena si Mas harus masuk kerja segera. Meski setengah alasan menikah cepat adalah karena saya akan ikut program summer research di Tokyo Univ., programnya sendiri baru mulai bulan Agustus.
Perasaannya? Happy, of course. For I have been admiring Japan since forever, dan dapat kesempatan stay di negeri ini lebih cepat dari perkiraan (ceritanya niat awalnya mau lanjut sekolah di sini). Tapi kalau diingat lagi, karena semuanya berjalan begitu cepat waktu itu, saya tidak benar-benar excited spesifik, sih. Sebagian lagi adalah deg-deg-an menyambut program magang riset dan menunggu pengumuman sekolah.
Sekolah lagi
Alhamdulillah, setelah tetap nekat apply meski beasiswa tidak tembus, saya diterima di kedua pilihan universitas saya di sini. Setelah selesai dengan program magang riset, akhirnya saya memutuskan untuk enrolled untuk PhD program di Tokyo Institute of Technology, instead of universitas tempat saya magang. Yang mana pun, risetnya kurang lebih sama, dan akhirnya saya pilih sekolah yang sama dengan si Mas, meski kampusnya berbeda lokasi.
Tadinya tidak menyangka akan bisa mulai sekolah di Winter 2015, mengingat preparasi saya untuk sekolah lagi baru mulai di awal tahun 2015. Apalagi, aplikasi beasiswa LPDP saya gagal di tahap akhir. Ketika itu, saya belum mendapat pengumuman resmi apakah diterima atau tidak di universitas yang saya apply. Pokoknya niat saya waktu itu berangkat dulu untuk program magang riset yang sudah pasti, dan pengumuman datang ketika saya sudah di Jepang.
Meski diterima, berhubung saya datang dengan status privately financed (baca: beasiswa suami), saya baru coba apply beasiswa sana-sini setelah kuliah mulai. Untungnya, ada beasiswa otomatis dari JASO untuk 6 bulan pertama bagi mahasiswa asing tanpa beasiswa seperti saya. Lumayan untuk menutup entrance fee. Sementara untuk uang semester, selain mendapat keringanan 50%, uang yang dibayarkan bisa dikatakan dikembalikan melalui program Teaching/Research Assistant (TRA) untuk mahasiswa doktoral. Jadi, bisa dikatakan kuliah saya 'gratis' (berhubung living cost diabaikan karena toh saya sudah tinggal di sini menemani suami).
Lagi, rencana Alloh tidak ada yang tahu, dan kuliah saya hanya bertahan sekitar satu semester sebelum akhirnya saya memutuskan untuk cuti sementara.
I am pregnant
Iya, alhamdulillah, dapat rezeki luar biasa setelah beberapa bulan menikah.
Awalnya masih percaya diri bisa menyambil kuliah, ternyata lagi-lagi rencana Alloh berkata lain. Kondisi kehamilan saya diwarnai dengan hyperemesis gravidum dan gastric ulcer yang menjadi. Saya memutuskan mengambil cuti semester setelah terkapar bedrest mulai usia kandungan 3 bulan. Untungnya, saya datang bukan sebagai mahasiswa dengan ikatan beasiswa yang harus lulus tepat waktu sehingga saya bisa ambi cuti tanpa beban (nah, nikmat mana yang kamu dustakan? Alloh Maha Tahu mana yang terbaik).
Fisik saya benar-benar terkuras lemah hingga usia 7 bulan kehamilan, dan baru mulai merasa benar-benar baikan di usia kandungan 9 bulan. Sekarang sedang menanti persalinan dengan mixed feeling karena harus sendirian di negeri orang. Alhamdulillah, si Mas sangat men-support sehingga saya tidak terlalu khawatir berlebihan.
.
.
Kurang lebih demikian. Terakhir update blog adalah April 2015, setelahnya saya sibuk dengan persiapan sekolah, beasiswa, dan pernikahan. Lalu program magang riset mulai dan langsung disambung dengan kuliah. Lalu saya terkapar di awal kehamilan hingga sekarang. Jadilah blog terbengkalai karena tidak jadi prioritas.
Anyway, waktu luang sekarang sebenarnya adalah senggang di tengah menunggu waktu kelahiran. Tapi setidaknya saya jadi update blog setelah sekian lama :)
{home is where your heart is}