Halo. Dunia masih berputar; saya masih berpijak di tempat yang sama.
Hmm... Semester 5. Waktu terlalu cepat berlalu. Rutinitas yang masih sama. Kalau ada yang berbeda... mungkin itu friksi-friksi di hati. Banyak hal yang berputar dan menumpuk di dalam sejak empat semester lalu. Semakin tidak membawa penyelesaian. Rasanya seperti ingin menyimpan jauh-jauh gumpalan pikiran ini di dalam laci. Pffft--konyol.
Mata kuliah baru yang cukup... memberi syok terapi. Sepertinya perlu belajar lebih banyak; atau perlu manajemen waktu yang lebih baik. Hobi? Ah, hobi-hobi itu. Saya bisa meninggalkannya kapan saja, sekarang. Terima kasih pada pengalaman dan hal-hal lain yang mendewasakan saya. Apalagi? Aktivitas? Nah--itu dia. Kalau boleh disimpulkan dalam satu kalimat sederhana: tidak lagi punya idealisme. Selesai; inginnya sih selesai.
Bercerita banyak hal dengan seorang sahabat. Mungkin saya perlu lebih membuka diri kepada orang lain. Tanpa sadar selama ini saya mengisolasi diri sendiri terlalu jauh. ...hampir terlambat. Yang saya lihat jadi terlalu banyak masa lalu. Sahabat yang terang. Cerah dan berpijar. Saya butuh lebih banyak terapi di sisimu, kawan.
Kondisi hati? Ah... hampir terlihat seperti... desperated? Terlalu banyak bayang-bayang yang berputar. Tidak tertahankan sampai-sampai harus mengirim pesan singkat tidak penting untuk melenyapkannya. Sungguh menyedihkan. Sekarang sudah berhenti mengasihani diri, tenang saja. Masih menyedihkan, memang, tapi saya bisa menerimanya dengan lebih baik.
Sekarang? Sedang ingin menghitung matahari dan bulan. Entah sampai kapan, saya tidak bisa bilang. Ada sesuatu yang jadi tujuan kecil saya, dan sepertinya itu cukup.
Welcome, ordinary days.
Hmm... Semester 5. Waktu terlalu cepat berlalu. Rutinitas yang masih sama. Kalau ada yang berbeda... mungkin itu friksi-friksi di hati. Banyak hal yang berputar dan menumpuk di dalam sejak empat semester lalu. Semakin tidak membawa penyelesaian. Rasanya seperti ingin menyimpan jauh-jauh gumpalan pikiran ini di dalam laci. Pffft--konyol.
Mata kuliah baru yang cukup... memberi syok terapi. Sepertinya perlu belajar lebih banyak; atau perlu manajemen waktu yang lebih baik. Hobi? Ah, hobi-hobi itu. Saya bisa meninggalkannya kapan saja, sekarang. Terima kasih pada pengalaman dan hal-hal lain yang mendewasakan saya. Apalagi? Aktivitas? Nah--itu dia. Kalau boleh disimpulkan dalam satu kalimat sederhana: tidak lagi punya idealisme. Selesai; inginnya sih selesai.
Bercerita banyak hal dengan seorang sahabat. Mungkin saya perlu lebih membuka diri kepada orang lain. Tanpa sadar selama ini saya mengisolasi diri sendiri terlalu jauh. ...hampir terlambat. Yang saya lihat jadi terlalu banyak masa lalu. Sahabat yang terang. Cerah dan berpijar. Saya butuh lebih banyak terapi di sisimu, kawan.
Kondisi hati? Ah... hampir terlihat seperti... desperated? Terlalu banyak bayang-bayang yang berputar. Tidak tertahankan sampai-sampai harus mengirim pesan singkat tidak penting untuk melenyapkannya. Sungguh menyedihkan. Sekarang sudah berhenti mengasihani diri, tenang saja. Masih menyedihkan, memang, tapi saya bisa menerimanya dengan lebih baik.
Sekarang? Sedang ingin menghitung matahari dan bulan. Entah sampai kapan, saya tidak bisa bilang. Ada sesuatu yang jadi tujuan kecil saya, dan sepertinya itu cukup.
Welcome, ordinary days.
Be First to Post Comment !
Post a Comment