“Remember that wherever your heart is, there you will find your treasure.” (― Paulo Coelho, The Alchemist)

Lembar Satu

Monday, April 4, 2011
silent (c) katsuo

Saya selesai. 


Selesai dengan semua kebohongan tanpa akhir yang saya ciptakan. Pada akhirnya tidak ada yang saya dapatkan. Pada akhirnya semua yang dikatakan memang benar. Pada akhirnya, hanya tinggal saya sendirian. 


Selamat tinggal peran. Terima kasih atas mimpi semu yang membahagiakan. Delusi hampa yang akhirnya tidak menyisakan saya bahkan satu kepingan.


Akan ada Anda yang tertawa. Akan ada Anda yang akan bicara: "Setelah sekian lama? Terlambat." Akan ada Anda yang menggeleng dan terkikik puas. Silahkan, Tuan. Tertawakan saja pemain gagal ini. Sesungguhnya itu tak lebih buruk dari lemparan apel busuk yang mendera saya (dan sudah tahukah bahwa saya mengacaukan kostum yang saya kenakan?).


Saya tidak punya harapan. Tidak ada mimpi. Tidak ada ironi. Saya bahkan tidak ingin ilusi. 


Lemparkan saja saya ke jalan, Tuan. Akan lebih baik jika Anda melewati saya dengan sandingan, lalu menertawakan saya sampai hampir mati. 


Setidaknya saya masih punya karma.


***


Jeritan hati seperti apa yang diharapkan? Ah, saya lelah dengan semua pertanyaan. Harus seperti apa saya menjalani hari-hari di tengah genangan pertanyaan?


Saya bahkan berakhir di tangan psikolog. Luar biasa.


Oke. Saya selesai dengan komunitas fanfiction. Saya selesai dengan roleplaying. Saya selesai dengan semua kenistaan yang abnormal. SELESAI. Tamat. Maaf untuk Anda yang membaca dan merasa. Jangan tanya. Saya tidak membenci kalian atau apa. Saya hanya memutuskan sesuatu setelah sekian lama berdebat dengan diri sendiri.


Saya hanya mencoba berhenti melarikan diri dari kenyataan.


Hidup adalah pilihan. Luar biasa waktu yang saya lewatkan untuk mencapai sebuah fakta bahwa sesungguhnya setiap pilihan yang saya ambil adalah pelarian. Pada akhirnya yang tersisa untuk saya hanyalah kehampaan.


Panggil saya berlebihan. Panggil saya gila. Saya sudah tak punya tenaga untuk bahkan melempar senyum dusta.


Tuhan...
Masihkah engkau menerima rintihan ini?
Maka berikanlah rahmat-Mu untuk pilihan tanpa dosa yang saya injak. Karena sesungguhnya nila sebelangga itu tidaklah salah.


Wahai kehidupan...
Apa artinya menghadiahkan saya seni?


***


Untuk lembar baru yang saya tidak ketahui di masa depan, semoga coretan ini terkubur jauh dalam kenangan. Belum pernah saya rasakan sesulit ini mencoba bangkit dan berjalan.


Padahal saya tahu, betapa tak bersahabatnya Sang Waktu.
Be First to Post Comment !

Custom Post Signature

Custom Post  Signature